Jumat, 31 Desember 2010

Metode Membaca Al-Qur'an; Metode Qiraati

METODE QIRAATI
Sejarah munculnya metode Qiraati
Metode Qiraati ditulis oleh KH. Salim Zarkasyi, lahir di Semarang, Pekojan, 28 Agustus 1928, anak ke-4 dari 12 bersaudara pasangan dari Salim Zarkasyi dan Siti Rehana, dan meninggal pada tanggal 20 Januari 2001/29 Syawwal 1421 H pada usia 73 tahun. Beliau adalah seorang guru ngaji dan seorang yang suka mengamati keadaan kelas-kelas mengaji dimanapun beliau berkunjung. Sebagaimana biasa sebagai seorang guru mengaji, beliau menggunakan kaedah yang biasa dikenali dengan Muqaddam atau Turutan atau biasa juga disebut kaedah Baghdadiyah. Hasil daripada pengalaman dan pengamatan beliau, anak-anak murid yang beliau ajar ternyata sebagian besar hanya mampu menghafal huruf bukan mengerti huruf, selain itu bacaan mereka masih banyak yang salah baik itu dalam masalah makhraj, panjang pendek, dan lainnya. Dan jika dapat membaca pun bacaannya ternyata tidak tartil seperti apa yang dikehendaki dalam bacaan Al Quran yang baik.
Berdasarkan pengalaman inilah beliau mencoba untuk mencari alternatif lain dengan cara membeli buku-buku kaedah baca al Quran dengan maksud agar dapat mencapai hasil yang lebih memuaskan. Namun setelah mengamati semua kaedah yang ada, ternyata beliau masih belum menemukan kepuasan. Beliau tidak yakin dengan kejayaan kaedah kaedah tersebut dengan mempertimbangkan berbagai hal seperti menggunakan contoh-contoh perkataan yang bukan dari bahasa Arab atau dari al Quran bahkan ada yang berbunyi bahasa Indonesia atau bahasa Jawa. Sejak itulah beliau mecoba memperkenalkan huruf terus dengan barisnya sekali dengan bacaan yang lancar dan cepat. Dalam waktu yang sama, anak-anak diperkenalkan dengan huruf-huruf yang tiada berbaris. Hanya bedanya dengan sistem yang lama, kaedah Qiraati tidak mewajibkan anak murid mengeja huruf ketika akan membaca sebuah perkataan. Dan setelah diuji coba berulangkali, ternyata metode ini banyak memberikan perkembangan terhadap anak dalam membaca Al Qur’an. Sedang penamaan metode ini dengan metode Qiraati merupakan pemberian dari ustadz Joned dan ustadz Sukri.
Metode Qiraati ini pertama kali disusun pada 1963 yang pada mulanya terdiri dari 10 jilid namun kemudian diringkas menjadi 8 jilid dengan asumsi bahwa dalam 1 tahun anak bisa menyelesaikan 2 jilid. Dan pada akhirnya diringkas lagi menjadi 6 jilid dengan rincian sebagai berikut:
a. Jilid 1 terdiri dari 2 pokok materi: pengenalan huruf Hijaiyyah lepas dan sambung dengan 39 sub pokok materi.
b. Jilid 2 terdiri dari 3 pokok materi: pengenalan harakat fathah, kasrah, dummah, pengenalan tanwin, dan mad. 13 sub pokok materi.
c. Jilid 3 terdiri dari 2 pokok materi, yaitu, mad dan sukun, 13 sub pokok materi.
d. Jilid 4 terdiri dari 2 pokok materi yaitu pengenalan ikhfa’ dan idgham, 15 sub pokok materi.
e. Jilid 5 terdiri dari 2 pokok materi yaitu idgham dan qalqalah, 18 sub pokok materi.
f. Jilid 6 terdiri dari 1 pokok materi yaitu idzhar halqi, 9 sub pokok materi
Adapun target utama yang diharapkan dari pembelajaran metode ini yaitu Murid mampu membaca Al-Quran secara tartil sesuai dengan kaidah ilmu tajwid yang telah dicontohkan dan diajarkan Rasulullah Muhammad Saw secara mutawatir dengan uraian bahwa dalam waktu kurang lebih 2 tahun anak-anak sudah mampu khatam 30 juz (binnazhar) dengan:
1. Makhraj sebaik mungkin dan bacaan yang bertajwid
2. Mengenal bacaan gharib dan musykilat (bacaan-bacaan yang asing)
3. Hafal (faham) ilmu tajwid praktis
4. Mengerti shalat, bacaan dan praktisnya
5. Hafal surat-surat pendek minimal sampai Surah Adh-Dhuha serta doa-doa pendek
6. Mampu menulis Arab dengan baik dan benar.
Metode pembelajaran:
o Membaca langsung tanpa mengeja semisal alif fathah A, BA fathah BA, tetapi langsung membaca bunyi huruf yang sudah berharakat fathah tadi seperti: A-BA-TA dan seterusnya.
o Agar anak terlatih dan dapat membaca benar, maka setiap contoh bacaannya diambilkan dari kalimat-kalimat al-Qur'an juga kalimat-kalimat bahasa Arab.
o Praktek bacaan bertajwid secara mudah dan praktis
o Susunan materi bertahap dan berkesinambungan
o Materi disusun dengan “Sistem Modul/Paket”
o Banyak latihan membaca (drill)
o Belajar sesuai dengan kesiapan dan kemampuan murid
o Evaluasi setiap pertemuan
o Belajar dan mengajar secara “Talaqqi - Musyafahah”
o Guru Pengajarnya harus ditashih (Ijasah billisani)
Sedang sistem yang digunakan adalah:
1. Sorogan/privat
2. Klasikal-individual
3. Klasikal-baca-sima’
4. Klasikal murni
Kelebihan Metode ini
a. Materi tata bahasa disusun secara sederhana dan sistematis, sehingga mampu dipahami sebagai sebuah keseluruhan yang utuh dan tidak terpisah-pisah.
b. Adanya keterkaitan antara materi yang satu dengan yang lainnya, juga antara jilid yang satu dengan jilid yang lainnya yang berguna untuk memperkuat daya ingat dan pemahaman siswa.
c. Di samping dapat mambaca dengan lancar, cepat, tepat, dan benar siswa dapat menulis dengan baik serta menguasai materi tajwid serta gharib dengan sangat baik karena mereka dianjurkan untuk hafal dan faham tidak hanya teori saja, tetapi cara membaca dan menguraikan materi tajwid.
d. Adanya petunjuk mengajar pada setiap buku memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.
e. Sistem klasikal yang konsisten dapat menumbuhkan semangat dan kretifitas siswa serta dapat membentuk mentalitas siswa.

Kekurangan Metode ini
a. Metode yang digunakan terkesan monoton dan kurang bervariasi sehingga menimbulkan kejenuhan dalam proses pembelajaran.
b. Sistem klasikal yang digunakan menyebabkan perlunya ruangan kelas yang tertutup dan banyak serta guru yang banyak pula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar