Jumat, 31 Desember 2010

Living Qur'an; Kajian terhadap Rutinitas Pembacaan Ratib al-Haddad

Pendahuluan
Al Qur’an merupakan kalamullah yang diturunkan Allah dengan perantara Jibril kepada Rasulullah Muhammad SAW dengan lafal Arab dan makna yang pasti sebagai bukti bagi Rasullullah bahwasanya ia adalah utusan Allah, sebagai undang-undang sekaligus petunjuk bagi manusia, dan sebagai sarana pendekatan (seorang hamaba kepada Tuhannya) sekaligus ibadah bila dibaca, selain itu siapapun yang mau istiqamah dalam membaca dan mengamalkannya niscaya ia akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dalam realitanya, fenomena membaca Al Qur’an sebagai sebuah apresiasi dan respons umat Islam ternyata sangat beragam. Ada berbagai model pembacaan Al Qur’an, mulai dari yang berorientasi pada pemahaman dan pendalaman maknanya, sampai yang sekedar membaca Al Qur’an sebagai ibadah ritual untuk memperoleh ketenangan jiwa. Bahkan ada pula model pembacaan Al Qur’an yang bertujuan untuk mendatangkan kekuatan magis (Supranatural), terapi pengobatan, dan lain sebagainya. Dan dalam kijian kali ini akan dibahas secara panjang lebar tradisi pembacaan Al Qur’an yang berkembang di masyarakat Lamongan dan PP. Langitan yang biasa dikenal dengan sebutan Ratib al-Haddad mengenai maksud, latarbelakang, dan apa tujuan yang ingin dicapai dari pembacaan yang dilakukan.

 Pencetus Ratib al-Haddad
Ratib al Haddad terambil dari nama penyusunnya, yaitu al Habib Abdullah bin Alawi bin Muhammad al Haddad seorang ulama' besar yang karismatik, reformis (mujaddid) abad 11 H, yang lahir pada malam Senin, bulan Safar 1044 H, di kota Tarim Hadramaut Yaman. Ibu beliau bernama Sayyidah Salma binti Idrus bin Ahmad Alhabsyi, Kakek beliau adalah Syekh Idrus seorang ulama karismatik dan tokoh terpandang saat itu. Neneknya Sayyidah Salma binti Umar bin Ahmad Al 'Alawi termasuk wanita ahli ibadah. Kedua orang tuanya wafat di bulan dan tahun yang sama, ayahnya Sayyid Alawi wafat pada malam Senin, 21 Rajab 1072 H, dan empat hari kemudian disusul ibunya pada hari Rabu, 24 Rajab 1072 H.
Semasa hidup, Al-Habib senang dan aktif menghadiri kajian ilmu agama, diskusi, dan riset ilmu pengetahuan Islam. Pada setiap forum kajian, beliau paling jenius dan cerdas dalam menganalisa, setiap berbicara pendengar terpesona dengan ucapan-ucapannya dan kagum terhadap pendapat-pendapatnya, sehingga beliau dijadikan panutan umat. Beliau dikenal sebagai penulis yang ulung dalam tulisan-tulisannya, terutama di bidang tassawuf dan akhlak yang sangat terkesan dan memikat. Karya-karya beliau antara lain: An Nashaihud Diniyyah, Al Hikam, Aqidatul Islam, Al Mukhtar minal Fatawa, dan lain sebagainya.
Beliau banyak mencetak ulama dan da’i yang menjadi panutan umat sepanjang masa, menciptakan berbagai karya tulis yang bagus dan indah, sarat dengan hikmah, bermanfaat untuk dikaji dan dibaca. Adapun kumpulan do'a dan dzikirnya yang terkenal adalah Ratib al-Haddad dan Wirid Lathif yang dijadikan amalan rutin mayoritas muslim di Indonesia, Asia, Australi, Afrika bahkan di Amerika.
Imam Abdullah Al Haddad wafat pada hari senin, 7 Dzulqa'dah 1132 H. Dalam usia 89 tahun kurang 3 bulan. Beliau dimakamkan di Zambal, Tarim tempat pemakaman keluarga dan leluhurnya. Imam Abdullah Al Haddad meninggalkan 10 anak, di antaranya 6 laki-laki dan 4 perempuan, mereka semua menjadi orang-orang yang shaleh dan bermanfaat bagi masyarakat, terutama Imam Muhammad bin Abdullah bin Alawi Al Haddad. Sayyid Ahmad bin Zein Al Habsyi mengatakan bahwa ketika beliau wafat, yang menshalatkan jenazah Imam Abdullah Al Haddad kurang lebih berjumlah 20.000 orang di dalam masjid dan belum terhitung yang menshalatkan di makam beliau.
 Deskripsi Tradisi Ratib al Haddad
Lafadz Ratib al-Haddad mempunyai banyak arti yang diantaranya berarti mengatur atau menyusun. Ratib adalah sesuatu yang tersusun, teratur dengan rapi. Itu berarti bahwa Ratib al Haddad adalah sebuah bacaan yang tersusun rapi, sedang al-Haddad adalah nama dari pencetusnya. Ratib al Haddad disusun pada malam lailatul Qodar 27 Romadhon 1071 H yang bermula dari adanya permintaan seorang murid al-Habib yang bernama Amir dari keluarga Bani Sa’ad yang tinggal di Syibam salah satu perkampungan di Hadromaut Yaman. Tujuan Amir meminta Habib Abdullah mengarang Ratib adalah agar diadakan suatu wirid dan dzikir dikampungnya, agar mereka dapat mempertahankan dan menyelamatkan diri dari ajaran sesat yang sedang melanda Hadromaut ketika itu. Untuk pertama kalinya Ratib al Haddad hanya dibaca dikampung Amir setelah mendapat izin dan ijazah dari al Habib Abdullah bin Alawi al Haddad. Selepas itu, Ratib ini pun dibaca juga di masjid al-Hawi milik beliau (al-Habib) yang terletak di kota Tarim dan biasanya dibaca secara berjamaah setelah sholat isya’. Dan khusus pada bulan Ramadhan, Ratib dibaca sebelum sholat isya‘, ini adalah waktu yang telah ditartibkan al Habib Abdullah bin Alawi al Haddad untuk kawasan-kawasan yang mengamalkan Ratib. Akan tetapi bagi yang gemar berdzikir banyak, diperbolehkan untuk membacannya di waktu pagi dan sore, sebab di antara kalimat-kalimat yang didzikirkan ada dzikir-dzikir yang disunnahkan untuk membacanya di waktu pagi dan di waktu sore seperti tertera di dalam hadis-hadis Nabi s.a.w. Dengan izin Allah, kawasan-kawasan yang mengamalkan Ratib ini selamat dan tidak terpengaruh dari kesesatan tersebut. Setelah al-Habib Abdullah bin Alwi al Haddad berangkat menunaikan ibadah Haji Ratib al Haddad mulai dibaca di mekkah dan madinah. al Habib Ahmad bin Zain al-Habsyi berkata , “Barang siapa yang membaca Ratib al Haddad dengan penuh keyakinan dan iman, ia akan mendapat sesuatu yang diluar dugaannya”.

ó Lafadz-lafadz yang di baca dalam Ratib al Haddad
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. ماَلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ إِيِّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّآلِّيْنَ. آمِيْنِ
Diriwayatkan oleh Abu Sa’id ibn al-Mu’lla r.a.: “Sukakah kamu jika aku ajarkan sebuah Surah yang belum pernah diturun dahulunya, baik dalam Injil maupun Zabur dan Taurat? Ia adalah Al-Fatihah.
Surah 15 Al-Hijr : Ayat 87: “Dan sesungguhnya Kami telah memberi kepadamu (wahai Muhammad) tujuh ayat yang diulang-ulang bacaannya dan seluruh Al-Quran yang amat besar kemuliaan dan faedahnya.”

اَللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّموَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَآءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ العَلِيُّ العَظِيْمُ.
Ayat Kursi ini mengandung khasiat yang besar. Terdapat 99 buah hadith yang menerangkan fadhilahnya. Di antaranya ialah untuk menolak syaitan, benteng pertahanan, melapangkan fikiran dan menambahkan iman.

آمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّه وَالْمُؤْمِنُوْنَ كُلٌّ آمَنَ بِاللهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْناَ وَأَطَعْناَ غُفْراَنَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ.
Diriwayatkan daripada Abu Mas'ud al-Badri r.a katanya: Rasulullah s.a.w pernah bersabda: Dua ayat terakhir dari surah al-Baqarah, memberikan manfaat kepada seseorang yang membacanya pada malam hari sebagai pelindung dirinya.
لاََ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَآ إِنْ نَسِيْنَآ أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنآ أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْناَ عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
Dari Muslim, diriwayatkan daripada Abdullah ibn Abbas r.a.: Apabila Jibril sedang duduk dengan Rasulullah s.a.w., dia mendengar bunyi pintu di atasnya. Dia mengangkat kepalanya lalu berkata: “Ini ialah bunyi sebuah pintu di surga yang tidak pernah dibuka.” Lalu satu malaikat pun turun, dan Jibril berkata lagi, “Ia malaikat yang tidak pernah turun ke bumi” Malaikat itu memberi salam lalu berkata, “Bersyukurlah atas dua cahaya yang diberi kepadamu yang tidak pernah diberi kepada rasul-rasul sebelummu-“Fatihat al-Kitab dan ayat penghabisan Surah al-Baqarah”. Kamu akan mendapat manfaat setiap kali kamu membacanya.
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. (3X)
Dari Bukhari, Muslim dan Malik, diriwayatkan dari Abu Hurairah; Rasulullah s.a.w berkata, “Barangsiapa membaca ayat ini seratus kali sehari, pahalanya seperti memerdekakan sepuluh orang hamba.
سٌبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اْللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ. (3X)
Dari Muslim, diriwayatkan oleh Samurah ibn Jundah: Rasulullah s.a.w bersabda: dzikir-dzikir yang paling dekat di sisi Allah ada empat, diantarnya tasbih, takbir, tahmid dan tahlil.
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحاَنَ اللهِ الْعَظِيْمِ. (3X)
Dari Bukhari, diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.: Rasulullah s.a.w. bersabda: Dua dzikir yang mudah di atas lidah tetapi berat pahalanya dan disukai oleh Allah ialah: 'SubhanAllah al-Azim dan 'SubhanAllah wa bihamdihi.'”
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ. (3X)
Surah 4: An-Nisa’; Ayat 106: “Dan hendaklah engkau memohon ampun kepada Allah; kerana sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ. (3X)

Surah 33; Al-Ahzab, Ayat 56: Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya berselawat atas Nabi saw; wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kamu kepadanya serta ucapkanlah salam dengan penghormatan yang sepenuhnya.
Dari Muslim, diriwayatkan daripada Abdullah bin Amr: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa bershalawat kepadaku sekali, Allah akan bershlawat kepadanya sepuluh kali.
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّآمَّاتِ مِنْ شَرِّمَا خَلَقَ. (3X)
Dari Abu Daud dan Tirmidzi, Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa yang membaca doa ini tiga kali, tiada malapetaka apapun yang akan terjatuh atasnya.”

بِسْـمِ اللهِ الَّذِي لاَ يَضُـرُّ مَعَ اسْـمِهِ شَيْءٌ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي الْسَّمَـآءِ وَهُوَ الْسَّمِيْـعُ الْعَلِيْـمُ(3X)
Dari Ibn Hibban; Nabi Muhammad s.a.w bersabda: “Hamba-hamba Allah yang membaca doa ini pada waktu pagi dan petang tiga kali, tidak ada kesakitan apapun yang akan dialaminya.”

رَضِيْنَـا بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِسْـلاَمِ دِيْنـًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيّـًا. (3X)
Surah 3: Ali-Imran Ayat 19: Sesungguhnya agama (yang benar dan diredai) di sisi Allah ialah Islam.
Dari Abu Daud dan Tirmidzi; Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: “Sesiapa membaca ayat ini di pagi dan petang hari akan masuk ke syurga.”

بِسْمِ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْخَيْرُ وَالشَّـرُّ بِمَشِيْئَـةِ اللهِ. (3X)
Diriwayatkah oleh Abu Hurairah: Rasulullah s.a.w. bersabda: Wahai Abu Hurairah, bila kamu keluar negeri untuk berniaga, bacakan ayat ini supaya ia membawa kamu ke jalan yang benar. Dan setiap perbuatan mesti bermula dengan ‘Bismillah’ dan penutupnya ialah “Alhamdulillah”.
آمَنَّا بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ تُبْناَ إِلَى اللهِ باَطِناً وَظَاهِرًا. (3X)
Surah at-Tahrim Ayat 8: Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kamu kepada Allah dengan “Taubat Nasuha”.
Diriwayatkan oleh Ibn Majah: Rasulullah bersabda: Orang yang bertaubat itu adalah kekasih Allah. Dan orang yang bertaubat itu ialah perumpamaan orang yang tidak mempunyai dosa.”

يَا رَبَّنَا وَاعْفُ عَنَّا وَامْحُ الَّذِيْ كَانَ مِنَّا. (3X)
Dari Tirmidzi dan Ibn Majah: Rasulullah s.a.w. berada di atas mimbar dan menangis lalu beliau bersabda: Mintalah maaf dan kesehatan daripada Allah, sebab setelah kita yakin, tiada apa lagi yang lebih baik daripada kesehatan.
Surah 4: An-Nisa’: Ayat 106: “Dan hendaklah engkau memohon keampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.”
ياَ ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْراَمِ أَمِتْناَ عَلَى دِيْنِ الإِسْلاَمِ. (7X)
Dan dari Tirmidzi, Rasulullah s.a.w. menyatakan di dalam sebuah hadis bahawasanya siapa yang berdoa dengan nama-nama Allah dan penuh keyakinan, doa itu pasti dikabulkan Allah.
ياَ قَوِيُّ ياَ مَتِيْـنُ إَكْفِ شَرَّ الظَّالِمِيْـنَ. (3X)
Seperti di atas, Merujuk hadith Rasulullah s.a.w, Barangsiapa kesulitan mengalahkan musuhnya, dan mengulangi Nama ini dengan niat tidak mau dicederakan, maka ia akan bebas dari dicederakan musuhnya.

أَصْلَحَ اللهُ أُمُوْرَ الْمُسْلِمِيْنَ صَرَفَ اللهُ شَرَّ الْمُؤْذِيْنَ. (3X)
Diriwayatkan oleh Abu Darda’ bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tiada seorang mukmin pun yang berdoa untuk kaumnya yang tidak bersamanya, melainkan akan didoakan oleh Malaikat, “Sama juga untukmu”.
يـَا عَلِيُّ يـَا كَبِيْرُ يـَا عَلِيْمُ يـَا قَدِيْرُ
يـَا سَمِيعُ يـَا بَصِيْرُ يـَا لَطِيْفُ يـَا خَبِيْرُ. (3X)
Surah 17: Al Israil: Ayat 110: “Katakanlah (wahai Muhammad): "Serulah nama “Allah” atau “Ar-Rahman”, yang mana saja kamu serukan; kerena Allah mempunyai banyak nama yang baik serta mulia. Dan janganlah engkau nyaringkan bacaan doa atau sembahyangmu, juga janganlah engkau perlahankannya, dan gunakanlah satu cara saja yang sederhana antara itu."
ياَ فَارِجَ الهَمِّ يَا كَاشِفَ الغَّمِّ يَا مَنْ لِعَبْدِهِ يَغْفِرُ وَيَرْحَمُ. (3X)
Dari Abu Daud, diriwayatkan daripada Anas ibn Malik: “Ketika saya bersama Rasulullah s.a.w., ada seseorang berdoa, “Ya Allah saya meminta karena segala pujian ialah untuk-Mu dan tiada Tuhan melainkan-Mu, Kamulah Pemberi Rahmat dan yang Pengampun, Permulaan Dunia dan Akhirat, Maharaja Teragung, Yang Hidup dan Yang Tersendiri”.
Rasulullah s.a.w. bersabda: “Dia berdoa kepada Allah menggunakan sebaik-baik nama-nama-Nya, Allah akan mengabulkannya karena apabila diminta dengan nama-nama-Nya Allah akan memberi.
أَسْتَغْفِرُ اللهَ رَبَّ الْبَرَايَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ مِنَ الْخَطَاياَ.(4X)
Surah 4: An-Nisa’: Ayat 106: “Dan hendaklah engkau memohon ampunan dari Allah; sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun, lagi Maha Pengasih.”
Surah 11: Hud: Ayat 90: “Dan mintalah ampunan Tuhanmu, kemudian kembalilah taat kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Mengasihani, lagi Maha Pengasih”
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّفَ وَكَرَّمَ وَمَجَّدَ وَعَظَّمَ وَرَضِيَ اللهُ تَعاَلَى عَنْ آلِ وَأَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ، وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ (50X)
Komentar tentang kalimaT tauhid sangat panjang. Kalimat “La ilaha illallah” ini adalah kunci surga. Diriwayatkan oleh Abu Dzar bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: “Allah tidak membenarkan seseorang masuk ke neraka jikalau dia mengucapkan kalimah tauhid ini berulang-ulang kali.”
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَـدٌ. اَللهُ الصَّمَـدُ. لَمْ يَلِـدْ وَلَمْ يٌوْلَـدْ. وَلَمْ يَكُـنْ لَهُ كُفُـوًا أَحَـدٌ (3X)
Dari Imam Bukhari, diriwayatkan daripada Abu Sa’id al-khudri; seseorang mendengar bacaan surah al-Ikhlas berulang-ulang di masjid. Pada keesokan paginya dia datang kepada Rasulullah s.a.w. dan sampaikan perkara itu kepadanya sebab dia menyangka bacaan itu tidak cukup dan lengkap. Rasulullah s.a.w berkata, “Demi tangan yang memegang nyawaku, surah itu seperti sepertiga al Quran!”
Dari Al-Muwatta', diriwayatkan oleh Abu Hurairah; Saya sedang berjalan dengan Rasulullah s.a.w, lalu baginda mendengar seseorang membaca surah al-Ikhlas. Baginda berkata, “Wajiblah.” Saya bertanya kepadanya, “Apa ya Rasulallah?” Baginda menjawab, “Syurga” (Wajiblah syurga bagi si pembaca itu).
قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ، مِنْ شَرِّ ماَ خَلَقَ، وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ، وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ، وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَد
Diriwayatkan dari Aisyah r.a beliau berkata: Rasulullah s.a.w biasanya apabila ada salah seorang anggota keluarga baginda yang sakit, baginda menyemburnya dengan membaca bacaan-bacaan. Sementara itu, ketika baginda menderita sakit yang menyebabkan baginda wafat, aku juga menyemburkan baginda dan mengusap baginda dengan tangan baginda sendiri, kerana tangan baginda tentu lebih banyak berkatnya daripada tanganku.
قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ، مَلِكِ النَّاسِ، إِلَهِ النَّاسِ، مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ، اَلَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِي صُدُوْرِ النَّاسِ، مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ.
Dari Tirmidzi diriwayatkan daripada Abu Sa’id al-Khudri; Nabi Muhammad s.a.w selalu meminta perlindungan dari kejahatan jin dan perbuatan hasud manusia. Apabila surah al-falaq dan an-nas turun, baginda ketepikan yang lain dan membaca ayat-ayat ini saja.
ó Rahasia Bilangan Ratib al Haddad
Setiap ayat, do’a, dan nama Allah yang disebutkan dalam Ratib dipetik dari Al Qur’an dan Hadits Rasul SAW . Bilangan bacaan disetiap doa dibuat sebanyak tiga kali, tujuh kali, dan seterusnya, semua ini berdasarkan petunjuk al Habib Abdullah bin Alawi al Haddad. Beliau menyusun dzikir-dzikir yang pendek dan di baca berulang kali dengan tujuan agar memudahkan pembacaannya, dzikir yang pendek ini jika selalu dibaca secara istiqomah, maka lebih utama dari pada dzikir yang panjang yang tidak dibaca secara istiqomah. Dan perlu diketahui bahwa setiap ayat, do’a, dan nama Allah yang disebutkan dalam Ratib al Haddad dipetik dari Al-Qur’an dan Hadits Rasul SAW. Sedang Menurut KH. Abdullah Faqih, jumlah bilangan yang ada pada setiap lafadz Ratib al-Haddad merupakan pengibaratan dari sebuah ruangan yang tertutup, bagi orang yang mau memasukinya ia membutuhkan sebuah kunci, dan geratan-geratan yang ada pada kunci itu adalah jumlah bilangan bacaan yang ada pada Ratib al Haddad. Selain itu, dalam pengamalan Ratib al-Haddad, beliau berpegang pada apa yang ada dalam kitab”حصن الحصين”.
ó Fadhilah Membaca Ratib al Haddad
Sejumlah ulama ahli salaf Berkata: “Antara keutamaan ratib ini bagi mereka yang tetap mengamalkannya, adalah dipanjangkan umur, mendapat Husnul-Khatimah, menjaga segala kepunyaannya di laut dan di bumi dan senantiasa berada dalam perlindungan Allah.” Dan dikatakan juga bagi siapapun yang mempunyai hajat tertentu, maka bacalah ratib di tempat yang kosong dan sunyi dengan sebelumnya berwudlu, menghadap kiblat dan berniat apa kehendaknya, Insyaallah hajatnya akan terkabul. Para Ulama salaf banyak yang berkata bahwa Ratib al Haddad sangatlah Mujarab dalam menyampaikan segala permintaan jika dibacanya sebanyak 41 kali.
Adapun kelebihan lain dari Ratib al Haddad adalah, menjaga rumah pembacanya dan 40 rumah tetangganya yang berdekatan dengan rumah si pembaca dari kebakaran, pencurian dan sihir. As-Syeikh Ali Baras berkata: “Apabila dibaca dalam suatu kampung atau suatu tempat, ia mengamankan ahlinya seperti dijaga oleh 70 pahlawan yang bekuda. Ratib ini mengandung rahasia-rahasia yang bermanfaat. Mereka yang tetap mengamalkannya akan diampunkan Allah dosa-dosanya sebanyak buih di laut.”
Bagi mereka yang terkena sihir dan membaca ratib, Insya-Allah diselamatkan Allah dengan berkat Asma’ Allah, ayat-ayat al-Quran dan amalan Nabi Muhammad s.a.w. Al-Habib Husain bin Abdullah bin Muhammad bin Muhsin bin Husain al-Attas berkata: “Mereka yang mengamalkan ratib dan terpatuk ular niscaya tidak akan terjadi apa-apa pada dirinya. Bagi orang yang takut niscaya akan selamat dari segala yang ditakuti. Hal ini terbukti dengan adanya seorang yang diserang oleh 15 orang pencuri namun karena ia istiqamah mengamalkan Ratib alhamdulillah Allah memberikannya keselamatan.”
 Tradisi Membaca Ratib al-Haddad yang berkembang di Masyarakat Lamongan.
Untuk penelitian mengenai tradisi membaca Ratib al-Haddad di Lamongan, di sini akan difokuskan di desa Pucuk dan PP. Langitan yang merupakan salah satu pondok salaf terbesar di Jawa Timur. Pondok ini berdiri di bawah naungan tokoh terkenal KH. Abdullah Faqih yang berada kira-kira empat ratus meter sebelah selatan ibukota Kecamatan Widang, atau kurang lebih 30 km sebelah selatan Kabupaten Tuban, juga berbatasan dengan kecamatan Babat Kabupaten Lamongan dengan jarak kira-kira satu kilo meter. Kegiatan membaca Ratib al-Haddad di pondok ini biasanya dilaksanakan pada setiap kamis terakhir bulan safar, yang mana hari itu merupakan hari besar bagi PP. Langitan, karena di hari itu juga biasanya diadakan Haul Langitan. Adapun dalam membaca Ratib al-Haddad ini bisanya dengan mendatangkan salah satu keturunan al-Haddad yang salah satunya adalah bernama Syekh Habib Husain. Setiap kali beliau datang ke PP. Langitan, beliau mengijazah kepada para santri, masyarakat, wali santri, dan para ustadz-ustadazh di sana agar senantiasa mengamalkan pembacaan Ratib al-Haddad secara istiqomah setiap hari satu kali.
Bagi masing-masing individu pondok Langitan, berkembang juga tradisi membaca Ratib al-Haddad setiap harinya. Sedang bagi semua santri tanpa terkecuali biasanya dibaca secara serempak dan bersama-sama pada kamis malam jum’at setelah sholat isya’.
Pembacaan Ratib al-Haddad selain berjalan dan berkembang di PP. Langitan, di desa Pucuk juga berjalan tradisi yang serupa, sedikit perbedaannya hanya pada masalah waktu. Di desa tersebut masyarakat biasanya membaca Ratib al Haddad setelah Shalat Maghrib (Individu), dan dibaca bersama disertai dengan pengajian, dan pembagian makanan pada peserta setiap malam Jum’at Pahing, yang mana menurut mereka (orang NU) berkeyakinan bahawa malam Jum’at Pahing merupakan Lailatul Istima’ yakni malan dimana kebanayakan do’a terkabul.
 Analisis
Setelah dipaparkan panjang lebar mengenai Ratib al-Hadad, dapat difahami bahwa kegiatan pembacaan Ratib al-Haddad ternyata sudah ada sejak 1071 H. Ini berarti menunjukkan bahwa Ratib al-Haddad bukanlah hal yang baru dan tidak merupakan pembacaan yang asal-asalan, sebab semua dasar pengambilan lafadz-lafadz yang ada pada Ratib al-Haddad kesemuanya merujuk pada Al-Qur’an dan juga hadis. Demikian juga dengan faedah yang dan manfaatnya.
Selian itu, pada mulanya pembacaan Ratib al-Haddad di masa al-Habib adalah setelah isya’, namun waktu ini tidaklah mengikat dan mengharuskan pada setiap pembacanya untuk mengikuti apa yang dipaparkan al-Habib, ini ditunjukkan oleh Habib Husain salah satu keturunannya yang ketika beliau mengijazahkan bacaan Ratib al-Haddad pada masyarakat, beliau tidak menjelaskan waktu khusus untuk membacanya, yang terpenting adalah Ratib itu dibaca minmal kali dalam sehari secara istiqamah. Dan sejauh pengamatan dan wawancara yang dilakukan ternyata tradisi membaca Ratib al-Haddad hanya berjalan di kalangan orang NU, adapun untuk selain orang NU, sejauh ini penulis belum menemukan.
Penutup dan Kesimpulan
Dibalik apa (setiap ayat Al Qur’an ) yang telah diturunkan Allah kepada Umat manusia semua itu mengandung hikmah dan rahasia tersendiri, begitu Agung kuasanya, Dia menciptakan bumi serta isinya, penyakit serta obatnya semua itu diturunkan-Nya dengan tidak melebihi batas kemampuan hamba-Nya, yang salah satunya adalah ketika para penduduk Syibam salah satu perkampungan di Hadromaut Yaman dilanda ajaran kesesatan, Allah menurunkan dzkiri-dzikir Al Qur’an melalui prantara salah satu hamba-Nya yang mukmin guna menagkal kesesatan tersebut agar tidak sampai menguasai diri kebanyakan Mukmin. Yang dalam hal ini adalah Ratib al-Haddad. Dalam Ratib al-Haddad banyak terkandung faedah dan manfaat, dan oleh karenanya marilah kita picu diri kita untuk senantiasa mendekatkan diri dengan-Nya dengan memperbanyak dzikir yang salah satunya adalah dengan membaca Ratib al-Haddad. Dan insyaallah dari pembacaan tersebut diri kita akan senantiasa dalam keselamatan dan perlindungannya.
Demikian sekilas mengenai Ratib al-Haddad, sebagai penutup penulis merasa dalam makalah ini masih banyak ditemukan kekurangan-kekurang dan untuk itu saran kritik yang membangun baik dari Bapak Dosen maupun teman-teman amatlah penulis butuhkan guna menyempurnakan makalah ini agar benar-benar layak untuk dikonsumsi semua pembaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar